Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) mengharapkan pers melakukan peliputan investigasi gaya hidup pejabat, sebagai bentuk kontrol untuk membantu lembaga tersebut memberantas korupsi. Harapan ini disampaikan Wakil Ketua KPK, Alexander Marwata, di Kota Palu, Sulawesi Tengah.
Kita sepakat dengan apa yang disampaikan Wakil Ketua KPK itu. Selama ini ada para pejabat, politisi kita hidupnya mewah, bergelimang harta. Penampilan istri dan anak-anak mereka sarat dengan harta. Punya banyak mobil dan rumah mewah yang nilainya fantastis. Harga jam tangan tangan miliaran rupiah. Bahkan ada yang memiliki kapal pesiar dan jet pribadi.
Tak heran jika publik mempertanyakan dari mana para pejabat dan politisi itu memperoleh semua mobil dan rumah mewah itu. Dari mana mereka memiliki uang puluhan bahkan sampai ratusan miliar yang disimpan di bank atau di brankas rumah?
Padahal gaji atau pendapatan lainnya yang mereka peroleh tidak memungkin para pejabat dan politisi itu untuk memiliki barang-barang mewak dan harta berlimpah. Apalagi kalau bukan karena uang hasil korupsi.
Negeri ini tidak butuh pejabat yang doyan korupsi. Kita membutuhkan pejabat dan pemimpin yang hidup sederhana dan jujur. Salah satunya adalah KH Saifuddin Zuhri, seorang pejuang, pemuka agama, dan pendidik. Sederhana sudah menjadi bagian dari kehidupan Saifuddin.
Tokoh NU ini tidak pernah memanfaatkan fasilitas negara untuk kepentingan pribadi dan keluarganya. Suatu kali, Saifuddin diuji. Adik iparnya, Mohammad Zainuddin Dahlan memohon untuk dihajikan dengan biaya dinas dari Kementerian Agama.
Saifuddin menolak permintaan itu. Alasannya karena Mohammad Zainuddun Dahlan adalah adik kandungnya.
Apa yang dilakukan Saifuddin itu sangat bertolak belakang dengan ironi yang sangat banyak terjadi di negara kita saat ini, yang memanfaatkan fasilitas negara untuk kepentingan pribadi. Sudah banyak menteri, pejabat dan politisi yang terseret kasus korupsi, bahkan seringkali mereka memanfaatkan jabatannya untuk membela anak, istri, dan para sahabat.
Sosok menteri, pejabat atau pemimpin bergaya hidup sederhana dan jujur memang dibutuhkan saat ini, ditengah banyaknya menteri dan pejabat negara yang seenaknya menggunakan fasilitas negara. Rakyat membutuhkan keteladanan dari pemimpinnya. Pemimpin yang memiliki keteladanan dan moral yang baik, tentu mampu bekerja maksimal untuk rakyat.
Menteri atau pejabat negara yang mau hidup sederhana, tidak berlebihan dan transparan tentu saja memberikan rasa optimis kepada rakyat akan masa depan mereka yang lebih baik. Menteri-menteri seperti ini juga akan mampu terhindar dari perbuatan tindak pidana korupsi. Sikap sederhana harus dilakukan karena menteri di pemerintahan Jokowi-JK, memiliki beban yang lebih berat dari era sebelumnya.
Beban berat itu, ya bersedia hidup sederhana, menolak menggunakan fasilitas negara, menolak KKN, menolak menghajikan anak, istri, keluarga ke Tanah Suci, dan lainnya. Apalagi Presiden Jokowi bergaya hidup sederhana, menterinya ya harus mengikuti.
Beban berat lainnya, menteri nanti harus mampu memiliki gaya kepemimpinan yang bottom up dan pelayan masyarakat. Dia harus mau mendengar apa yang menjadi masalah dan solusi yang dikehendaki masyarakat. Bukan menteri yang minta dilayani.
Harapan kita, Jokowi dan JK segera menjaring dan mencari tokoh-tokoh jujur, bersih dan bergaya hidup sederhana. Pasalnya, tokoh-tokoh seperti ini tidak mau menyodor-nyodorkan diri untuk menjadi menteri, karena tabu dan tidak elok. Negeri ini memiliki banyak stok tokoh-tokoh yang bersih dan jujur.
Rakyat sudah tidak sabar lagi. Mereka ingin segera keluar dari kesengsaraan, makanya menteri Jokowi harus siap kerja, kerja dan kerja untuk kepentingan rakyat. Tentu bekerja cepat, tepat dan sigap. Bukan menteri yang lelet, lamban, peragu, dan tidak tanggap.
(***)
loading...
Baca Kelanjutan Tajuk: Gaya Hidup Pejabat Dan Kemewahan - Harian Terbit : http://ift.tt/2vzopE2
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Tajuk: Gaya Hidup Pejabat Dan Kemewahan - Harian Terbit"
Post a Comment